Banyuwangi//hariantempo.com -Raden Teguh Firmansyah, Aktivis Filsafat Logika Berpikir, kembali mengetuk pintu DPRD Banyuwangi dengan surat audiensi yang lebih keras dan lebih tajam daripada sebelumnya. Ia menuntut dewan berhenti bersikap pasif dan segera mengurai persoalan izin peladakan/balasting di Tambang Emas Tumpang Pitu. Senin. 24/11/2025
Menurut Raden, pada pertemuan sebelumnya pihak PT Bumi Suksesindo (PT BSI) tidak dapat menunjukkan secara terbuka izin dan mekanisme teknis pengeboman bukit Tumpang Pitu. Bagi Raden, ini bukan lagi masalah administrasi, tetapi menyangkut kepatuhan hukum dan keselamatan publik.
“Kalau perusahaan sebesar itu saja tak bisa tunjukkan izin dengan jelas, pertanyaannya: pemerintah dan DPRD sebenarnya mengawasi apa? Atau justru sengaja menutup mata demi kenyamanan politiknya sendiri?” sentil Raden dengan nada keras.
Raden menyebut aktivitas pengeboman bukit bukan sekadar prosedur tambang, tetapi tindakan yang berpotensi mengubah ekosistem dan memicu risiko bencana besar. Ia mempertanyakan bagaimana mungkin pemerintah daerah memilih diam di tengah isu sebesar ini.
“Pemerintah yang bisu-tuli itu bukan tak mampu berbicara, mereka hanya tak mau. Seolah ada ketakutan menyebut kata ‘Tumpang Pitu’ terlalu keras, takut ada kepentingan besar yang tersinggung,” kritik Raden dalam pernyataannya.
Lebih jauh, ia menegaskan bahwa rakyat Banyuwangi butuh keberanian politik dari DPRD, bukan sekadar seremonial kunjungan kerja atau foto rapat.
“DPRD itu bukan galeri pajangan. Mereka diberi mandat untuk mengawasi. Kalau pengeboman alam sebesar itu saja tak mereka selidiki, untuk apa mereka duduk di kursi empuk itu?” lanjutnya.
Raden mendesak DPRD membuka forum terbuka, memanggil semua pihak, perusahaan, dinas terkait, serta para ahli lingkungan, untuk menjelaskan secara publik dasar hukum, keselamatan operasional, dan dampak ekologis dari aktivitas peladakan di Tumpang Pitu.
Ia menegaskan, rakyat butuh kejelasan, bukan alasan. Dan bila dewan terus diam, publik berhak bertanya: “diamnya karena tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu?”tutupnya.

