BANYUWANGI//hariantempo.com -Aktivis Filsafat Logika Berpikir, Raden Teguh Firmansyah, kembali menggelar kritik keras terkait aktivitas tambang emas PT Bumi Suksesindo (BSI) di kawasan Tumpang Pitu. Ia menilai operasi tambang tersebut bukan hanya merusak alam, tetapi sudah masuk kategori pengeboman terhadap bumi yang mengancam masa depan ekologis Banyuwangi.
Dalam pernyataan, saat ditemui awak media di salah satu angkringan di Kertosari, Raden Teguh menyebut tindakan BSI sebagai bentuk kolonialisme modern. Selasa. 18 November 2025.
“Mereka itu bukan perusahaan tambang, mereka adalah penjajah versi baru. Setiap ledakan mereka adalah bom yang tak hanya merobek gunung, tapi juga merobek masa depan anak cucu kita,” tegasnya.
Raden Teguh mempertanyakan proses perizinan penggunaan bahan peledak yang digunakan dalam aktivitas penambangan tersebut.
“Pertanyaannya sederhana: dari mana datangnya bom itu?Siapa yang mengizinkan? Dan apa dasar moral serta hukum yang membuat mereka merasa berhak menghancurkan gunung kami?” ujarnya dengan nada tinggi.
Ia juga mengecam sikap pemerintah daerah dan pusat yang dinilai bungkam dalam menyikapi kerusakan lingkungan tersebut.
“Pemerintah hari ini seperti kura-kura. Menarik kepala, diam, dan pura-pura tidak mendengar jeritan alam. Ada apa dengan kalian wahai pemerintah?Apakah hati kalian sudah benar-benar buta?” kritik Raden Teguh.
Menurutnya, pemerintah seharusnya menjadi penjaga alam dan pelindung rakyat, bukan sekadar penonton di balik meja.
“Ketika alam dihancurkan, diamnya pemerintah adalah pengkhianatan. Pengkhianatan terhadap bumi, terhadap rakyat, dan terhadap sumpah jabatan kalian sendiri,” lanjutnya.
Raden Teguh menegaskan bahwa perjuangannya bukan untuk popularitas, tetapi untuk menyuarakan apa yang disebutnya sebagai “jeritan bumi yang selama ini dibungkam oleh kepentingan modal.”
“Tumpang Pitu bukan milik korporasi. Ia warisan leluhur. Jika hari ini kita diam, besok anak cucu kita akan hidup di tanah yang telah mati.”
Kritikan ini menjadi penanda bahwa kritik terhadap operasional BSI dan sikap pemerintah akan terus bergema, terutama dari kalangan aktivis lingkungan dan masyarakat yang peduli pada keberlanjutan Banyuwangi.

