Banyuwangi//hariantempo.com -Pembangunan sekolah di bawah program Revitalisasi Satuan Pendidikan Dasar milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di SMPN 4 Muncar Satu Atap, Kabupaten Banyuwangi, menelan anggaran fantastis sebesar Rp 1.614.000.000 dari APBN Tahun Anggaran 2025.
Namun ironisnya, proyek bernilai miliaran itu hanya menghasilkan beberapa bangunan kelas, dan bahkan belum rampung sempurna. Dari pantauan langsung awak media, lokasi proyek tampak jauh dari kata maksimal, sementara masyarakat terus dibebani pungutan yang seolah tak berkesudahan.
Beberapa wali murid yang enggan disebutkan namanya mengaku kecewa karena pihak sekolah masih melakukan pungutan uang gedung, SPP, dan iuran lainnya meski proyek besar sedang berjalan.
“Sudah ada dana miliaran, tapi kami masih diminta bayar ini itu. Sekolah negeri kok rasanya seperti swasta kelas tinggi,” ujar seorang wali murid dengan nada getir.
Tak terlihat kehadiran pengawas dari pihak dinas maupun aparat penegak hukum di lokasi pembangunan. Padahal, proyek dengan nilai sebesar itu semestinya mendapatkan pengawasan ketat agar tidak menjadi lahan bancakan bagi oknum.
Raden Teguh Firmansyah, aktivis logika berpikir dan pemerhati kebijakan publik, menegaskan bahwa fenomena ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap semangat pendidikan nasional.
“Ketika pendidikan dijadikan ladang bisnis, maka bangsa ini sedang memupuk kebodohan yang dilegalkan. Uang rakyat dijadikan proyek, rakyat dijadikan objek. Dan penguasa diam, pura-pura buta,” tegasnya. Sabtu. 1 November 2025.
Ia menambahkan, bahwa pendidikan sejatinya adalah cahaya yang menuntun manusia menuju kesadaran dan kebenaran, bukan kegelapan korupsi yang menutupi nurani.
“Jika sekolah dibangun di atas kebohongan, maka di sanalah generasi kehilangan arah. Negeri ini tak butuh gedung mewah, tapi butuh hati yang jujur di balik meja birokrasi,” pungkasnya.
Masyarakat kini menunggu keberanian Inspektorat, Kejaksaan Negeri, dan pihak berwenang untuk mengaudit proyek tersebut secara terbuka. Karena di balik bata dan semen itu, ada keringat rakyat yang menjerit, dan keadilan yang menanti untuk ditegakkan.

