Banyuwangi//hariantempo.com -Puluhan tahun emas di Gunung Tumpang Pitu digali, diangkut, dan diekspor. PT. BSI bersama pengusaha asing meraup keuntungan besar, sementara pemerintah terus memberi restu. Namun, rakyat Banyuwangi tetap tidak merasakan kesejahteraan dari hasil kekayaan alam di tanah kelahirannya sendiri.
Raden Teguh Firmansyah, aktivis Filsafat Logika Berpikir, mengeluarkan kritik keras terhadap pemerintah dan pihak perusahaan.
“Cukup sudah rakyat Banyuwangi hanya menjadi penonton! Apakah pemerintah berani menuntut PT. BSI memberikan kesempatan kepada rakyat Banyuwangi untuk merasakan hasil tambang emas itu? Atau pemerintah hanya menjadi pelayan modal asing yang menghisap perut bumi Banyuwangi?” tegasnya. Senin. 15 September 2025.
Lebih lanjut, Raden Teguh menegaskan bahwa rakyat Banyuwangi berhak mendapatkan manfaat langsung dari tambang emas yang berdiri di tanah mereka.
“Berikan izin rakyat Banyuwangi bekerja sehari saja di tambang emas itu! Jika pemerintah benar berpihak pada rakyat, buktikan dengan keberanian menuntut perusahaan memenuhi hak-hak rakyat,” ujarnya.
Raden Teguh juga menyerukan agar masyarakat Banyuwangi bersatu memperjuangkan haknya.
“Jika suara rakyat terus diabaikan, ketidakadilan ini akan menjadi bara yang siap menyala menjadi gelombang perlawanan. Gunung Tumpang Pitu bukan milik korporasi asing, tetapi milik rakyat Banyuwangi,” pungkasnya.
Seruan ini menjadi peringatan bagi pemerintah untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi berdiri bersama rakyat, memperjuangkan keadilan, dan memastikan bahwa kekayaan alam Banyuwangi memberi manfaat nyata bagi masyarakatnya.