Banyuwangi//hariantempo.com -Raden Teguh Firmansyah, aktivis Filsafat Logika Berfikir yang dikenal tajam dan berani, menyatakan kekecewaannya atas hasil hearing yang gagal total menjawab jeritan rakyat. Hearing yang diharapkan menjadi ruang kebenaran, justru berubah menjadi panggung sandiwara pejabat yang pandai berjanji tapi tuli terhadap nurani.
“Sudah cukup rakyat menjadi penonton dari drama kebohongan birokrasi! Ketika lidah pejabat lebih tajam dari belati, rakyat harus belajar bicara dengan logika dan keberanian,” seru Raden dengan nada tegas. Senin. 3 November 2025.
Ia menegaskan, kegagalan hearing hanyalah bukti bahwa kursi kekuasaan telah kehilangan rasa malu. Raden menuding banyak pejabat Banyuwangi yang sibuk berpura-pura peduli, padahal di balik senyum politik mereka tersimpan kerakusan yang menggerogoti bumi dan nurani.
Aktivitas tambang emas di Bukit Tumpang Pitu, katanya, adalah wajah telanjang dari pengkhianatan terhadap kedaulatan rakyat.
“Mereka berbicara tentang pembangunan, tapi yang dibangun hanya perut mereka sendiri. Mereka bicara kesejahteraan, tapi yang sejahtera hanya segelintir manusia serakah. Sementara rakyat? Kami yang menghirup debu, kami yang meneguk air kotor, kami yang diwarisi kehancuran,” tegas Raden dengan mata berapi.
Ia melanjutkan, “Kepada para pejabat pembohong, dengarlah: rakyat bukan buta, hanya terlalu sabar. Jangan tunggu sabar itu berubah jadi bara. Kalian duduk di kursi yang dibiayai keringat kami, tapi lupa menunduk hormat pada penderitaan kami.”
Raden menyerukan agar rakyat Banyuwangi bersatu, tidak lagi terperangkap oleh janji-janji manis dan pencitraan kosong.
“Kedaulatan rakyat bukan upacara seremonial, tapi kenyataan yang harus hidup di bumi ini. Bila hukum tak berpihak, maka logika dan nurani rakyatlah yang akan menulis sejarahnya sendiri,” ujarnya menutup pernyataan.

