Close Menu
HarianTempo.ComHarianTempo.Com

    Subscribe to Updates

    Get the latest creative news from FooBar about art, design and business.

    What's Hot

    DPC PDI Perjuangan dibawah kepemimpinan I Made Cahyana Negara SE mampu Raih kursi terbanyak di pemilu 2019 dan Menang Heatrik dipemilu 2024 ” JAWA TIMUR

    September 14, 2025

    Polri Teguhkan Moral dan Profesionalisme Pasca Krisis, Gandeng Prof. Mahfud MD dan Komjen Pol Chryshnanda

    September 14, 2025

    Workshop Nasional UMKM di Banyuwangi Dorong Inovasi dan Daya Saing Lewat Pemanfaatan AI

    September 13, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    HarianTempo.ComHarianTempo.Com
    • Tentang Kami
    • Redaksi
    • Kontak Kami
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Nasional
    • Daerah
    • Ekonomi Bisnis
    • Hukum & Kriminal
    • Politik & Pemerintahan
    HarianTempo.ComHarianTempo.Com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Home » Sastra dan Realitas: Tengsoe Tjahjono Goyang Kesadaran Sastra Banyuwangi
    Berita

    Sastra dan Realitas: Tengsoe Tjahjono Goyang Kesadaran Sastra Banyuwangi

    Warto AntokBy Warto AntokMei 29, 2025Tidak ada komentar3 Mins Read
    Share WhatsApp Facebook Email

    BANYUWANGI//hariantempo.com -Dunia itu obah, dunia itu berubah.” Kalimat pembuka itu menjadi benang merah dalam diskusi sastra bertajuk Sastra dan Realitas, yang digelar oleh Dewan Kesenian Blambangan (DKB) bersama Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi di Palinggihan Disbudpar, Kamis (29/5/2025) malam.

    Diskusi menghadirkan sastrawan dan akademisi senior Dr. Tengsoe Tjahjono, dosen Universitas Brawijaya Malang. Acara dipandu oleh Syafaat, Ketua Lentera Sastra Banyuwangi.

    Lebih dari sekadar forum gagasan, diskusi ini menegaskan peran sastra sebagai bentuk kesadaran dan penciptaan makna dalam kehidupan. “Di tangan ilmuwan, A menjadi A. Tapi di tangan penyair, A bisa menjadi A plus,” ujar Tengsoe. Baginya, penyair tidak sekadar menyalin kenyataan, tetapi menafsirkan dan menghidupkan ulang realita dalam bahasa yang bernyawa.

    Tengsoe menyoroti bahwa penyair bukan hanya pencatat, tetapi juga penggerak. “Tugas penyair bukan menduplikasi kenyataan, tapi memberi napas baru pada realita yang biasa-biasa saja,” katanya.

    Ia juga membantah stereotip klasik yang menyebut sastrawan tak bisa hidup dari karya. “Banyak penyair keliling dunia karena puisinya,” tegasnya. Tengsoe mendorong semua kalangan, termasuk petani dan nelayan, untuk menulis dan mengarsipkan pengalaman hidup dalam bentuk karya sastra.

    Ia turut membahas antologi puisi “Jenggirat”, yang berisi kenangan masa kecilnya di Banyuwangi. “Tanah ini adalah sumber inspirasi awal yang tak pernah habis,” katanya.

    Menjawab pertanyaan soal penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam sastra, Tengsoe menyebut AI belum mampu menandingi keberanian manusia dalam bermain bahasa. “AI itu cerdas, tapi tidak bisa nakal. Dan justru kenakalan itulah yang melahirkan puisi,” katanya. Ia menegaskan, teks dari AI tetap harus dibaca ulang dan diedit sebelum dianggap layak.

    Ia juga mengingatkan agar puisi tidak terlalu dibebani oleh kata sambung, dan menekankan pentingnya membaca. “Penulis yang tidak membaca akan terlihat dari puisinya,” tegasnya.

    Diskusi dihadiri oleh tokoh-tokoh kebudayaan Banyuwangi, seperti Hasan Basri (Ketua DKB), Ayung Notonegoro, SAW Notodiharjo, Elvin Hendrata, Fatah Yasin Noer, Ki Pramoe Karno Sakti, Bung Aguk, dan Hakim Said, S.H. dari Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo (RKBK) Banyuwangi.

    Hakim Said, menekankan pentingnya imajinasi. “Berani membayangkan masa depan: rumah, mobil, bahkan istri dua. Kalau imajinasi hidup, maka kenyataan akan menyusul,” ujarnya sembari berkelakar. Ia juga menyatakan dukungan penuh terhadap geliat sastra lokal.

    Sementara itu, Hasan Basri menyoroti fenomena pembacaan puisi di sekolah yang cenderung dibatasi oleh format lomba. “Puisi bukan ajang kompetisi. Ini ekspresi jiwa. Kita perlu indikator baru yang berakar pada pemahaman, bukan sekadar teknik,” katanya. DKB, katanya, tengah merancang formula penilaian puisi yang lebih esensial.

    Diskusi semakin hangat saat peserta mengajukan pertanyaan tentang proses kreatif dan sumber inspirasi. Tengsoe menjelaskan bahwa cerita pendek pun bisa lahir dari hal-hal sehari-hari, seperti obrolan di warung kopi atau tontonan televisi, asalkan diolah dengan kesadaran literer.

    “Menjadi penulis adalah menjadi pembaca. Entah itu membaca buku, membaca peristiwa, atau membaca manusia,” ujarnya.

    Di akhir acara, beberapa peserta membacakan puisi mereka. Diskusi ditutup dengan penyerahan cenderamata dari DKB kepada Dr. Tengsoe Tjahjono, penanda simbolis bahwa sastra, imajinasi, dan lokalitas masih hidup dan berkembang di Banyuwangi.

    Share. WhatsApp Facebook Email Copy Link
    Warto Antok

      Related Posts

      DPC PDI Perjuangan dibawah kepemimpinan I Made Cahyana Negara SE mampu Raih kursi terbanyak di pemilu 2019 dan Menang Heatrik dipemilu 2024 ” JAWA TIMUR

      September 14, 2025

      Polri Teguhkan Moral dan Profesionalisme Pasca Krisis, Gandeng Prof. Mahfud MD dan Komjen Pol Chryshnanda

      September 14, 2025

      Workshop Nasional UMKM di Banyuwangi Dorong Inovasi dan Daya Saing Lewat Pemanfaatan AI

      September 13, 2025
      Leave A Reply Cancel Reply

      Demo
      Berita Populer

      DPC PDI Perjuangan dibawah kepemimpinan I Made Cahyana Negara SE mampu Raih kursi terbanyak di pemilu 2019 dan Menang Heatrik dipemilu 2024 ” JAWA TIMUR

      September 14, 2025

      Polri Teguhkan Moral dan Profesionalisme Pasca Krisis, Gandeng Prof. Mahfud MD dan Komjen Pol Chryshnanda

      September 14, 2025

      Workshop Nasional UMKM di Banyuwangi Dorong Inovasi dan Daya Saing Lewat Pemanfaatan AI

      September 13, 2025

      Toko Pemasok Mesin Peralatan PETI Berdiri di Depan Rumah Mantan Wabup Kuansing, Kapolres Diduga Tutup Mata

      September 13, 2025
      Pilihan Editor
      Berita

      DPC PDI Perjuangan dibawah kepemimpinan I Made Cahyana Negara SE mampu Raih kursi terbanyak di pemilu 2019 dan Menang Heatrik dipemilu 2024 ” JAWA TIMUR

      Banyuwangi//hariantempo.com -I Made Cahyana Negara SE merupakan sosok kader muda partai PDI Perjuangan yang meniti…

      Polri Teguhkan Moral dan Profesionalisme Pasca Krisis, Gandeng Prof. Mahfud MD dan Komjen Pol Chryshnanda

      September 14, 2025

      Workshop Nasional UMKM di Banyuwangi Dorong Inovasi dan Daya Saing Lewat Pemanfaatan AI

      September 13, 2025

      Apel Bersama Banser dan Anggota Kodim 0825 Banyuwangi, Lanjutkan Patroli Penguatan Sinergi Kebangsaan

      September 13, 2025
      Follow Us
      • Facebook
      • Instagram
      • YouTube
      • WhatsApp
      About Us
      About Us

      Harian Tempo adalah Portal Berita terpercaya yang menyajikan informasi aktual, investigatif, dan mendalam seputar Politik, Hukum, Ekonomi, dan Isu Sosial di Indonesia. Dengan komitmen menjaga Independensi Jurnalistik dan kualitas pemberitaan di tengah arus informasi digital yang terus berkembang.

      Facebook Instagram Pinterest YouTube WhatsApp
      Tentang Kami
      • Redaksi
      • Kontak Kami
      • Kode Etik Jurnalis
      Kebijakan Privasi
      • Disclaimer
      • Kebijakan Privasi
      • Pedoman Media Siber
      Link Cepat
      • Banyuwangi (162)
      • Berita (982)
      • Budaya (4)
      • Daerah (12)
      • Ekonomi & Bisnis (21)
      • Hukum & Kriminal (26)
      • Jawa Timur (21)
      • Lifestyle (11)
      • Nasional (14)
      • Opini (2)
      • Pendidikan (8)
      • Politik & Pemerintahan (14)
      • Polri (585)
      • Sosial (1)
      • TNI (93)
      • Uncategorized (32)
      Facebook Instagram YouTube WhatsApp
      • Beranda
      • Nasional
      • Daerah
      • Ekonomi & Bisnis
      © 2025 www.hariantempo.com

      Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.