Yogyakarta – Riuh semangat Pacu Jalur, warisan budaya tak benda asal Kuantan Singingi, Riau, kembali bergema, bukan hanya di tepian Sungai Kuantan, tetapi juga jauh hingga ke Kota Pelajar, Yogyakarta. Selama lima hari berturut-turut, Ikatan Pelajar Riau Yogyakarta Komisariat Kuantan Singingi (IPRY-KKS) sukses menggelar Nonton Bareng (Nobar) Pacu Jalur 2025 di Asrama Pacu Jalur IPRY-KKS, Yogyakarta.
Bagi ratusan mahasiswa Kuansing yang merantau, kegiatan ini bukan sekadar tontonan layar, melainkan pengobat rindu kampung halaman. Sorak-sorai khas Kuansing, pekik semangat mendayung, hingga lantunan yel-yel kebersamaan menggema di ruangan, menghadirkan seolah-olah Sungai Kuantan benar-benar mengalir di tengah hiruk pikuk Kota Gudeg.
Ketua Pelaksana, Sazka Pratama Infarenza, menyampaikan rasa syukurnya.
“Alhamdulillah, acara ini berjalan lancar dan penuh kebersamaan. Bagi kami, nobar bukan hanya hiburan, tetapi juga ajang silaturahmi yang mempererat ikatan kekeluargaan sesama anak Kuansing di perantauan,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum IPRY-KKS, Irham Lahso, menegaskan bahwa kegiatan ini mengandung pesan budaya yang sangat dalam.
“Pacu Jalur adalah warisan leluhur yang sarat nilai gotong royong dan persatuan. Walaupun jauh dari tanah kelahiran, kami ingin menjaga tradisi ini tetap hidup di hati generasi muda. Nobar ini juga menjadi media untuk memperkenalkan Pacu Jalur kepada masyarakat Yogyakarta sebagai kekayaan budaya bangsa,” ungkapnya penuh semangat.
Kemeriahan semakin terasa saat acara ditutup dengan tradisi makan bersama. Layaknya kenduri di kampung, seluruh peserta duduk bersila, menyantap hidangan sederhana dengan tawa dan canda yang menghangatkan suasana. Momen ini menjadi simbol nyata persaudaraan dan persatuan anak rantau, sebagaimana nilai yang selalu dijunjung tinggi dalam Pacu Jalur itu sendiri.
Dengan terselenggaranya Nobar ini, IPRY-KKS tidak hanya membuktikan eksistensinya sebagai wadah pemersatu mahasiswa Kuansing di Yogyakarta, tetapi juga tampil sebagai duta budaya yang menjaga denyut tradisi di tanah rantau. Sebab, Pacu Jalur bukan sekadar lomba dayung, melainkan simbol marwah, gotong royong, dan kebanggaan Kuantan Singingi yang terus diwariskan lintas generasi.